Archive for April 2015
The Third and The Final Continent
By : Jhumpa Lahiri
essay
by: Budak Melayoe
Jhumpa Lahiri was born on July 11th 1967
is an American author with Indian in his blood.
A short story published in The New Yorker magazine,
America in June 21th 1999. As an Author whose Indian blood, Jhumpa
Lahiri wanted to describe the readers about India people, their culture. It can
be seen that an Indian man to be the main character in this story.
All that I want to write in this essay is about what
the author wanted to provide, why this kind of story, I mean ‘the third and
final continent’ was written. Why India, England and America took place. And
why she used an India man and woman (wife) to be the main character.
The first answer I got from the beginning of the
story is that the author wanted to tell readers about how strong that the
Indian people in foreign country, and how hard that the Bengalis’ life in
abroad. Can be proved by the some sentences : live in a house occupied by
penniless Bengali bachelors trying to educate and establish ourselves abroad.
Or cooking pots of egg curry, which we ate with our hands on the table covered
with newspapers.
This story also related to her life who was born in
London, take lectures to the USA and has Indian blood. Here I catch is that she
does not like American life style, it can be seen in a statement that the
narrator compared between England and American that is: a bottle of milk that
he got every morning in front of his house in London but in America he must go
to supermarket to buy a carton of milk. Then in YMCA the narrator described how
stuffy and noisy the place that he stayed. By statement: I had to keep the
window wide open; it was the only source of air in the stifling room, and the
noise was intolerable, with his fingers pressed into his ears.
Another thing the author described America through
relation between Mrs. Croft and her daughter, Helen. They have a complicated
relation. My question is why here in the story Helen does not live with her
mother especially Mrs. Croft was 103 years old. A very old age to live alone
and here in this time Helen should take care of her by living together. Also in
the other case is Mrs. Croft does not like Helen style which very sexy in
dressed and more free in life style. But by Helen, this is 1969 where a lot
girls have the same instead her.
Author, Jumpa Lahiri also pretended to describe and
provided a good side in Indian people. Proved in her statement in explained
Mala’s habit wearing sari and her manner. Instead of telling bad side in Indian
like her describe American before, while narrator compare, complain and explain
American, she commended Indian culture by telling a marriage relationship
instead of free (free sex) life. And by the first sight the narrator seem does
not like his wife because although Mala has good talents in many aspects but
those are not enough to possess a fair complexion or Mala does not have
something special in her face; but in the end of story the narrator love her
very much. And by Mrs. Croft saying that Mala is a perfect lady that makes the
narrator smiled to his wife for the first time. And makes their distance began
to lessen.
By all the proved above, finally I personally think
that here in this story the author wrote what she has in her heart and what
actually she got in her head, because that is usually writers done to their
creation. Using their imagination or on what they want to write by their head
or heart. She loves her motherland and wants reader to pay attention to it.
That is why this story takes reason.
This is little argued between analyzers; some may
said Jhumpa Lahiri got wrong in describing Indian people or Indian culture. But
some may said that is normal, because she was away apart from her mother
country. She lived in a long time in abroad, born in England and grew up in
USA.
Puisi
Sonder Rasa
menggunakan kata 'Sonder'
bahasa belanda yang semula berbentuk Zonder berubah menjadi Sonder, yang berarti 'tidak' atau 'tanpa'...
ini merupakan kata yang jarang sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari. namun meskipun begitu, ia juga termasuk kedalam bahasa Indonesia.
Sonder Rasa
Saat
mata saling bertatap
Meraut
penuh harap
Kau
beriku senyuman
Membangun
taman dalam angan
Setelah
hati berpaut
Nama
di sebut
Menjadi
satu tujuan
Berjalan
dalam satu naungan
Masa
demi masa terlewati
Jiwa
jiwa mulai berganti
Merenggut
kembali janji
Aku
seperti tak berarti
Kenapa
sekarang tak peka?
Apa
kau sudah sonder rasa ?
Berlalu
dalam pilu
Menambah
debu dalam kalbu
Bagai
Mentari ku berlari
Mencari-cari
yang tak pasti
Mengitari
segala sisi
Demi
Bumi kita sendiri
Sedang
Kau sibuk menari
adikku sayang :)
salam *Budak Melayoe
Pantun
bahasa belanda yang semula berbentuk Zonder berubah menjadi Sonder, yang berarti 'tidak' atau 'tanpa'...
ini merupakan kata yang jarang sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari. namun meskipun begitu ia juga termasuk kedalam bahasa Indonesia.
Berdayung sampan ke muara,
sampan didayung berkayu tipis.
Jikalau hidup sonder budaya,
Jati diri kan terkikis habis.
Bunga kemboja berdaun layu,
Bunga kenanga berwarna pucat.
Mengarungi hidup sonder ilmu,
Alamat kapal akan tersesat.
Ikan duyung berduyun duyun,
Ikan selais berenang riang.
Manusia yang jarang bersantun,
Bagai lautan sonder karang.
*Budak Melayoe
Penggambaran watak tokoh dalam cerpen.
Mencoba Belajar menggambarkan Watak tokoh dalam sebuah cerpen
*Budak Melayoe
haha.. lagi-lagi masih belajar :)
Hari ini tanggal 7 Maret, hari pertama
ia masuk sekolah baru. Khumairah mengenakan kerudung nya bersiap-siap hendak
menuntut ilmu. Gadis muslimah ini baru saja pindah dari Pondok Pesantren Dar El
Hikmah,Pekanbaru, tempat nya bersekolah dulu. Namun siapa duga, Khumairah
justru pindah ke sekolah negri SMA Negri 01 Koto Gasib, Siak. Atsmospher yang
justru berbanding terbalik dengan sekolah nya dulu. Ini bukan kehendaknya,
melainkan kehendak sang ayah yang inginkan khumairah menjadi seorang dokter.
Khumairah malah lebih senang dengan suasana pondok pesantren nya dulu, tenang,
damai, penuh dengan nuansa religious dibandingkan dengan kelasnya yang sekarang,
sesak, bising, perempuan dan laki-laki yang bercampur dalam satu ruangan, serta
beberapa yang tidak berhijab. Membayangkan nya saja Khumairah sedih.
Setelah melakukan beberapa persiapan,
mengenakan kaus kaki dan manset tangan nya, Khumairah tak lupa salim kepada
Ayah dan Ibu nya. Dengan menggunakan sepeda ia pun berangkat dengan niat
menuntut ilmu. Sambil mengayuh sepeda gadis bertubuh pendek dan kecil ini
melantunkan ayat-ayat indah, kalam Allah, beberapa penggalan ayat Al-Quran yang
ia hafal di sekolah nya dulu. Bibir mungilnya begitu fasih mengucapkan
kalimat-kalimat indah itu. Dengan hati-hati ia memarkirkan sepeda nya di
samping beberapa sepeda anak-anak lainnya. Tak lupa ia ucapkan Basmalah sebelum
meninggalkan sepedanya. Itu pun sudah menjadi kebiasaan gadis berkulit terang
ini sejak masuk ke pesantren.
Sesampai di kelas barunya, Ia langsung
disambut dengan senyuman dari
kawan-kawan baru nya ini. “Asslamualaikum, Khumairah.” Seru dari salah seorang
siswi dari bangku pojok disalah satu sudut ruangan kelas. “Alaikumsalam” jawab
Khumairah tak lupa sertakan senyum nya, teman ini membalas dengan senyum
bersahabat. Terlihat dari wajah ramah dan santun, juga mengenakan kerudung
seperti dirinya, kulit sawo matang nya membuat nya terlihat lebih manis dengan
senyum itu. pikir Khumairah. Tanpa banyak tingkah Khumairah langsung
menghampiri dan menyalaminya. “Khumairah” kata nya. “Jannah, Raudhatul Jannah.
Panggil saja Jannah” kata sang gadis membalas jabat tangan Khumairah dan
langsung mempersilahkan nya duduk. Tak lama berselang, beberapa anak berlarian
masuk kelas ada yang sambil membawa serta gitarnya, ada yang sambil
mendengarkan ipod mini nya, melenggang masuk kelas dengan beberapa tarian kecil,
dan ada pula yang bercerita bersama beberapa teman nya, yeah pastinya itu para
gadis kalau bukan siapa lagi yang suka bergosip ria, apa lagi yang diceritakan
adalah actor-aktor korea yang tak dikenal nya. Melihat tingkah teman-teman
kelasnya ini Khumairah tertawa kecil, merasakan kelucuan namun juga aneh.
Mengapa mereka lebih memilih kegiatan itu dibandingkan membaca beberapa buku
pelajaran yang akan dimulai atau membaca Al-Quran misalnya? Itu lebih jauh
bermanfaat, batinnya. “hemm, itulah mereka” kata Jannah sambil melirik
Khumairah. Tak disangka ternyata teman semeja nya ini memperhatikan nya dan
mengetahui apa yang ia pikirkan. Hahaa.. Sambil tersenyum kecil Khumairah
mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas nya.
Sontak kelas hening seketika. Ternyata
kedatangan seorang guru sejarah membuat mereka diam seribu bahasa. Setelah
diperhatikan, ternyata guru ini berperawakan tegas. Dengan alis mata tebal kaku
menandakan bahwa beliau tak kenal kompromi. Muka dengan postur rahang sedikit
berbentuk petak terlihat seperti tak suka basa-basi. Badan tegap, tinggi dan
pundak lebar menambah kesan gentle pada dirinya. Sontak Khumairah terkejut
mendengar suara beliau yang lantang bukan kepalang saat membuka pelajaran. Pak
Agus, begitu anak-anak memanggilnya. Sepertinya aku harus berhati-hati dengan
beliau jika tak ingin berurusan dengan mata hitam nan tajam itu, batin
Khumairah dalam hati.
Pelajaran pertama selesai, lanjut
pelajaran kedua, Kimia. Kali ini yang masuk seorang wanita muda, usia sekitar
dua puluhan, 26 mungkin. Siswa pun terlihat sedikit santai saat ini. Beberapa
gurauan siswa lontarkan kepada sang guru. Sedikit kurang sopan bagiku, tapi
guru ini tak menghiraukan, malah sekali-sekali menjawab dan membalas gurauan
siswa tadi. Kini kelaspun menjadi agak ribut. Bertubuh mungil kecil sang guru
terlihat lucu. Senyum imut beliau juga membuat tegang nya pelajaran sebelumnya
sirna. Andai beliau berkerudung pasti bu guru terlihat lebih anggun, batinnya
lagi. “Beliau seorang budhist” gumam Jannah pelan, hingga hanya Khumairah saja
yang mendengarnya. Lagi-lagi ia membaca pikiranku, Khumairah membatin. Baru ia
sadari bahwa mata sipit sang guru disertakan kulit putih khas orang tionghoa
menegaskan ras dan asal muasal keluarganya.
Talent : Ulfa
Our Malay Culture
It Is The
Responsibility Of Government To Preserve And Protect Malay Culture.
Tari Persembahan, biasa dilakukan saat menyambut tamu dalam berbagai acara. (Dalam Adat Melayu)
Culture
is a tradition of life which is developed and owned by a group of people and
become a legacy from one generation to the next generation, and also in the
same manner as culture, is the part that cannot be separated from human life so
that most of them disposed to think that culture is inherited genetically. When
one communicates to another one with different culture and tries to adapt the
differentiation, it can be argued that the culture can be learned. According to
the Andreas Eppink’s statement that the culture contains from social value,
social norm, knowledge and all social structures, religion and others, in
addition all intellectual and artistic value that become characteristic in the
society. In Indonesian, Malay culture is what we said with custom, manner,
tradition of Malay and stay along the east coast of Sumatera, in Riau Islands.
Then
according to the Malay people, the Malayan is not seen from where they are from
or their genetics. Someone can be said as Malay if he is a moslem, speaks in
Malay language, and has Malay tradition, or a stranger who stay in Malay island
for a long time.
If
the definition of culture and Malay above can be understood, the exertion protecting
culture may become relevant. It is not excessive if we said that the existence of
revitalization to protect and save traditional culture which was always being
claimed by another nation recently is a way to show the nationalism of
Indonesian citizen.
Talking
about Malay culture, in Indonesian we have many varieties of culture, but Malay
culture is the oldest, the biggest one and well known by Indonesian population
or other nations. Because the author was Malay and the author’s parents were
born in Riau that is why the author takes this essay title.
Central
and regional government especially in Riau province must always support the
preservation of Malay culture because Indonesian language was born by Malay
language which is used as the official language of Republic Indonesian. From
the linguistic point of view, Indonesian is one from many varieties of Malay
language. The basis language used is Malay language in Riau, 19th century.
Not
about the language issue only, actually the preservation of culture need to be
done because it also related to economic issue. Culture can be job vacancy to the
people who contributes on it. For example artist or musician of traditional
Malay song, traditional Malay dancer and etc, that is less attention by now by
younger generation. But this preservation of Malay culture will recover this
condition.
Before
our culture exists in name only, through this essay, I want to give an input of
thought that might be a solution to overcome the lack protection of culture,
hope that culture will always be maintained and preserved so that this heritage
can be felt by generations to generation.
In
this culture preservation, we need proper methods to run. Especially in this
current globalization era local culture has been eroded by the outer cultures
that give more appeal to the pleasures that are misleading and duping the public.
Many young generations are reluctant to participate in preserving the culture,
as there are some cases in Riau in some villages have started abandoning Malay traditional
culture such as wedding ceremony, art, dance, martial arts and others.
Government
is expected socialize this culture by cooperating with organizations that
concern about this to solve the existing problem then to achieve vision and
mission 2020 to make Riau province become Malay cultural center in Southeast
Asia.
The
author thought to achieve a success in promoting culture especially Malay
culture, the first lesson is how to interpret culture all around us and never
leave it, and the second one is to increase in
maintaining culture, our cultural heritage both quantity and quality from the
influence of foreign culture, then creating educational culture in every
society level.
* Budak Melayoe
Acara Pernikahan. Pakaian
adat melayu, jenis salah satu bentuk kebaya melayu dan teluk belanga untuk
pakaian pria. (Pernikahan makcik kami Putri Hidayah dengan Ryan Yutri Varios,
17 Juli 2012) di kediaman ayahanda Amiril Mukminin.
Acara Pernikahan. Pakaian adat melayu, jenis salah satu bentuk baju pengantin melayu dan teluk belanga untuk pakaian pria.
Lampu Colok.
tradisi menyambut bulan Ramadhan dan Idul Fitri. (Desa Buatan II, Riau)
Epistemology
Pengertian : from Greek ἐπιστήμη, epistēmē, meaning
"knowledge, understanding", and λόγος, logos, meaning "study of
(http://en.wikipedia.org/wiki/Epistemology)
jadi Epistemoligi berkaitan
dengan cara memperoleh pengetahuan atau cara kita mengamati sesuatu.
Ada
beberapa cara kita memperoleh pengetahuan dalam filsafat : disini saya hanya menerangkan sedikit tentang Koherensi, berdasarkan pengertian yang saya peroleh dari kamus ilmiah.
Namun dalam kajian nya ada beberapa cara selain koherensi, yaitu korespondensi (induktif), empiris, dan pragmatis. Dan itu semua akan saya coba jelaskan juga dengan pemahaman saya (yang sedikit ini) dari penjelasan dosen Filsafat yang saya terima pagi ini (semoga ilmu yang beliau berikan bermanfaat untuk saya teman-teman, dan sahabat pembaca, serta pahala yang terus mengalir untuk beliau, aamiin..)
-
Koherensi (deduktif) :
teori untuk
menguji kebenaran, dengan menekankan konsistensi dan keharmonisan antara segala
keputusan-keputusan kita.
(tim pustaka agung , kamus ilmiah popular, Surabaya,
pustaka agung harapan, )
Koherensi dapat disebut juga dengan pembuktian
kebenaran.
-
Ciri-ciri: (menurut
definisi koherensi diatas)
· Panca indra : menggunakan panca indra seperti pada subbab empiris.
Contoh : kita mengambil sebuah
pena, kita angkat pena tersebut lalu kita lepaskan. Disini pena jatuh. Kita uji
lagi dengan pergi ke lokasi lain tetap pena ini terjatuh. Lalu coba lagi ke
daerah lain misalkan ke luar negeri. Tetap pena ini terjatuh, atau bahkan kita
gunakan benda lain, dan masih tetap terjatuh. Sampai lah kita memperoleh
kesimpulan bahwa pena/benda itu akan terjatuh jika kita lepaskan.
Konsisten : tetap
Pena tetap terjatuh kebawah, walau
pun berulang-ulang kali di lepaskan.
Keahrmonisan
: harmonis, sejalan, beriringan.
Melalui beberapa kali uji coba si
pena terjatuh kebawah, tidak bertentangan (naik/jatuh keatas) ini yang
dinamakan keharmonisan.
Korespondensi : yaitu kebenaran akan dianggap benar jika sesuai dengan fakta (berkoresponden). kalimat yang diucapkan sesuai dengan yang ada, realistis dan serasi dengan fakta.
saya ambil contoh : "diluar sedang hujan" pernyataan ini akan dianggap benar jika diluar benar2 sedang hujan.
Pragmatisme : Aliran pragmatisme lebih kepada keuntungan atau manfaat yang dihasilkan. apakah ini membawa kepada keuntungan atau faedah bagi manusia.
Empirisme : Berdasarkan penganut empirisme, mengatakan bahwa pengetahuan didapat dari pengalaman. Aliran ini lebih mementingkan panca indra dan mengesampingkan peranan akal.
pengetahuan haruslah didapat dari pengalaman, bukan dari akal. jadi para praktisi empirisme tidak mau membahas (menolak) tentang hal-hal yang bersifat ghaib (yang tidak bisa dikaji melalui panca indra : mata, telinga, hidung, mulut, tangan dll.)
jika ada salah penyampaian akan saya perbaiki, begitulah ilmu seharusnya.. berjalan mengalir terus tanpa henti...
sekian dan terima kasih..
Selamat hari kartini (21
April 2015) untuk semua perempuan-perempuan hebat Indonesia terutama
untuk ibuku dikampung. Riau.
Bodak Melayu
Cinderella
Sedikit mengubah alur cerita dongeng, heheee.. masih karya pertama dongeng yang di modifikasi sedikit, jadi cerita ini masih banyak kurang nya. Mohon beri saran untuk perbaikan kedepannya. Ini tugas menulis (writing) dari dosen saya Pak Hilmi.
selamat membaca, semoga menghibur dan tidak membosankan para pembaca.
Tibalah suatu hari giliran rumah nya
yang dikunjungi sang utusan. Rumah nya sangat terpencil, itu yang membuat rumah
nya menjadi rumah terakhir yang dikunjungi oleh utusan kerajaan ini. Ibu Marry (bunda tiri Cinderella) sangat gembira melihat kedatangan utusan pangeran itu. Ia langsung menghampiri
dan mengatakan beberapa hal. Lalu sang utusan menyuruhnya membawa anaknya ke
istana.
“Pangeran!!” seru sang utusan, “Aku
telah menemukan gadis yang kita cari selama ini!” lanjutnya lagi tanpa sempat
membiarkan pangeran ini menannggapai. Ia begitu senang bukan kepalang, karena
telah memakan waktu berbulan-bulan baginya mencari gadis itu.
Dipintu masuk istana telah berdiri
wanita paruh baya dengan seorang gadis. Terheran-heran pangeran, siapa gerangan
mereka?. “Itu lah dia pangeran, gadis yang selama ini pangeran cari.” Seru
utusan itu. Raut wajah pangeran pun bertambah bingung “Dari mana engkau tau
bahwa dia yang kita cari?” tanya pengeran. “Saya bawakan ini untuk tuan.” Sela
gadis itu. “Maaf tuan kalau saya lancang.” Sambil tersenyum gadis itu pun
mengeluarkan pasangan sepatu kaca yang sebelah nya lagi. Pangeran heran
bercampur lega karena gadis yang ia cari selama ini telah berdiri didepannya.
Namun keheranan nya karena ia tak merasa apa yang ia rasa saat melihat gadis
itu malam itu.
Keesokan pagi nya pesta pernikahanpun digelar besar-besaran di pekarangan istana. Semua rakyat diundang dan sesegala penjuru pun ikut berpesta dengan diadakan nya makanan gratis. Rakyat bersuka cita.
Dilain tempat Cinderella tak diizinkan menghadiri
pesta itu. ia dikurung dirumah.
Diperintahkan untuk menjaga rumah tanpa diberi sedikitpun izin untuk
meninggalkan rumah itu, dibuatlah ia sibuk dengan segudang pekerjaan rumah.
Namun ada sedikit kekeliruan dalam hatinya dan beberapa pertanyaan yang masih
membuatnya bingung. Mengapa sepatu kacanya bisa ada di kakak tiri nya? Kapan
sepatu kaca itu diambil dari gudang? Dan beberapa pertanyaan lain yang masih
mengusik benak nya. Namun Cinderella tak pernah merasa iri akan apa yang telah
berlaku. Ia turut bahagia dengan pernikahan kakak nya ini. Setelah semua
pekerjaan selesai ia pun kembali ke kamarnya, mengambil baju gaun ajaibnya. Apa
gerangan yang sedang dilakukan peri saat ini? Apa ia tak tau perihal pesta
pernikahan pangeran dengan kakak nya ini?. Sambil memeluk gaun itu ia
menitikkan air mata. Dipakai nya lah gaun itu kembali dan menari seolah-olah ia
menari di istana bersama seluruh rakyat dan membayangkan andai pesta itu
ditujukan untuk dirinya.
Pesta usai, hari-hari yang dilalui nya
kembali normal. Namun kali ini tanpa kehadiran kakak-kakak dan ibu tirinya.
Mereka tak mengajak serta Cinderella pindah ke istana. Kini Cinderella merasa
kesepian. Suatu hari ketika ia hendak membeli perbekalan makanan di pasar, ia
menabrak seseorang dengan tubuh besar dan mengenakan seragam istana. Tak sangka
ia telah menabrak pangeran, cinta pertamanya. Ia berlari. Sontak pangeran
langsung mengejarnya. Ada hal yang mengganjal dalam benak pangeran ini. Siapa
gadis ini? Kenapa benda itu ada padanya? Aku harus mencari tau!. Batin pangeran
Henrique.
Pangeran berhenti di depan sebuah rumah
yang jauh dari istananya. Rumah tua berukuran besar, seperti rumah para
bangsawan terdahulu. Dengan dua lantai, dua balkon dan taman luas lengkap
dengan bunga mawar yang memenuhi taman itu. tak hanya itu, rumah ini juga
memiliki kebun labu yang cukup luas. Labu yang tumbuh subur berbuah besar. Tak
mau berlama-lama dan takut disangka penjahat, pangeran langsung menuju pintu
depan, berniat mengetuk pintu, namun Cinderella sudah lebih dulu membukakan
pintunya. “Apa gerangan tuanku datang kemari?” tanya nya dengan mimik wajah ketakutan.
“Aku hanya ingin bertanya, anting siapakah yang kau gunakan itu?, darimana kau
mendapatkannya?” Cinderella sontak kaget, ia tau maksud dari pertanyaan pemuda
ini. “oh, ini milik kakak ku, ia memberikannya kepadaku.”
“apakah kakak mu ini wanita yang aku
nikahi minggu lalu?” tanya pangeran selidik
“iya” jawab nya singkat. Merasa
dibohongi, pangeran lalu menyuruh Cinderella tinggal di istana. Karena dengan
begitu ia bisa kenal lebih jauh dengan gadis yang dicurigainya ini.
“Jika memang kau ini adiknya Odet, maka
mengapa tak tinggal di istana seperti adik dan ibunya? Apa kau ingin
membohongiku? Atau kalung itu kau curi dari Odet?”
“Tidak yang mulia, mana berani hamba
selancang itu. hamba tinggal disini tak lain hanya ingin menjaga rumah
peninggalan ayahanda kami, hamba hanya ingin merawat rumah ini sampai kahir
hayat nanti”.
“Sekarang aku perintah kan engkau untuk
ikut bersamaku ke istana, biar nanti utusanku yang merawa rumah, kebun beserta
seluruh isinya! Ini perintah!” Setelah mengucapkan itu pangeran naik ke atas
kudanya dengan mengisyaratkan Cinderella juga mengikutinya. Tak bisa menolak
perintah Cinderella melepaskan ikatan kudanya lalu mengikuti pangerean dari
belakang.
Sesampai nya di istana pangerean
langsung meminta seluruh anggota keluarga beserta raja dan ratu untuk ikut
berkumpul di ruang keluarga dengan dalih ada hal penting yang hendak ia
utarakan. Disanalah pengeran menjelaskan semua apa yang terjadi tadi siang dan
memerintahkan Cinderella masuk. Kaget bukan kepalang ibu dan kakak-kakak
tirinya melihat sosok Cinderella hadir di istana.
“Ia bisa menghancurkan semua rencana
kita.” Gumam ibu tiri nya seraya berbisik yang hanya bisa didengar oleh kedua
anaknya. Mereka pun saling melirik cemas. Mengapa pangeran bisa tau keberadaan
Cinderella?.
Dengan agak sedikit takut Cinderella
memperkenalkan diri kepada seluruh anggota keluarga kerajaan. Ratu langsung
menyukai gadis ini. Caranya tersenyum sangat tulus dan anggun. Pelukan hangat
langsung diberikannya kepada Cinderella sembari berkata “Welcome my girl,
selamat datang di istana.” Raja paham betul perilaku istrinya. Istrinya jika
berkenalan dengan orang asing yang langsung disukainya pasti begitu. Raja pun
ikut menyambut dengan senyum hangat. “Odet, sambutlah adikmu! Tak baik juga ia
tinggal sendiri dirumah itu. masalah perawatan serahkan saja pada prajurit
istana ini.” Kata ratu dengan bijak. Dengan sandiwara nya Odet, cicilia dan
Marry menyambut kehadiran Cinderella sembari cipika-cipiki.
Selama tinggal di istana Cinderella
sangat rajin, ia suka membantu tukang kebun dan para pelayan di istana. Mereka
sangat sayang kepada Cinderella. Sampai-sampai ratu tak sanggup lagi untuk
melarang gadis ini untuk tak ikut campur pekerjaan istana. Berbeda sekali
dengan kakak-kakak nya, yang hanya sibuk dengan perhiasan dan gaun-gaun. Hal
ini yang membuat ratu lebih sayang kepada Cinderella dibandingkan menantunya,
Odet.
Pangeran pun merasakan hal yang sama. Ia
mereasa aneh. Merasa tak asing ketika menatap Cinderella. Rasa-rasa sudah
pernah bertemu gadis ini sebelumnya. Kecurigaan itu semakin bertambah tatkala
ia mengajarkan gadis ini berkuda. Setiap kali hendak turun dari kudanya
Cinderella selalu kesakitan dibagian pergelangan kakinya. Alasan nya ia pernah
tergelincir ketika mengepel lantai rumah. Namun pangerean tak seratus persen
percaya, karena kaki nya ada bekas luka goresan sepatu, dan hal itu tak nampak
ketika Odet datang membawa pasangan sepatu kacanya. Ia harus menyelidikinya
lebih jauh.
Saat bercengkrama dikamar ibu tiri nya,
Marry dan dua putrinya, Odet dan Cicilia mereka menceritakan kekhawatiran
mereka akan kehadiran Cinderella. Kecemasan dan keinginan mereka mengusir
Cinderella dari istana. Tanpa mereka sadari percakapan menjalar kearah sesuatu
yang seharusnya tak mereka ungkit di dalam istana ini. Tentang bagaimana sepatu
itu mereka ambil dari gudang tempat Cinderella menyimpan sepatu kaca miliknya.
Hal ini didengar oleh salah satu pelayan istana dan langsung disampaikan ke
pangeran Henrique.
Mendengar kabar ini, pangeran langsung
memanggil utusannya, Usop. Usop lah yang ia perintahkan untuk mencari gadis
pemilik sepatu kaca itu.
“Ada apa gerangan tuanku memanggil hamba
kesini?” tanya Usop keheranan.
“Usop!, saat kau membawa Odet ke istana
apa sebelumnya kau cobakan dulu sepatu itu dikaki Odet?” tanya pangeran tajam.
“Ampun beribu ampun yang mulia! Tidak
yang mulia, karena ia memiliki pasangan sepatu kaca itu, dimana tak seorang
gadis pun di negeri ini yang memilikinya. Jadi hamba rasa memang dia lah gadis
pemilik sepatu kaca yang kita cari.”
“aduuuh,..!! bego nya kauuu, Usooop!!”
bentak pangeran. “Sekarang aku tugaskan kau kumpulkan seluruh anggota keluarga
kerajaan dan seluruh pelayan, peternak serta tukang kebun istana. Umumkan bahwa
aku ada hajat penting yang ingin aku sampaikan!”
Setelah seluruh anggota kerajaan
berkumpul, pangeran menyuruh salah satu pelayan untuk mengambil sepasang sepatu
kaca yang selama ini di pajang di kotak kaca ruang keluarga kerajaan, dengan
alasan Odet tak mau lagi mengenakan sepatu kaca itu.
Perlahan-lahan pangeran menjelaskan maksud
dari semua ini. Penjelasan pangeran ditangkap langsung oleh Marry, Odet dan
Cicilia.
Dan terkaget Odet dibuatnya tatkala pada
akhirnya ia disuruh mengenakan sepatu kaca itu didepan khalayak ramai. Odet
mencoba berdalih bahwa ia makan terlalu banyak akhir-akhir ini, jadi sudah
pasti sepatu itu tidak muat lagi dikaki nya. Namun pangeran tetap memaksa.
Hingga Odet tak mampu mengelak, dan akhir nya… ngiiitt,..ngitt.. decit sepatu diatas
lantai istana menandakan keseimbangan Odet mulai rubuh. Sepatu itu memang tak
muat dikaki Odet. Laahh…memang bukan ukuran nya. Hahaa... Cicilia pun disuruh
mencoba tapi malah longgar. Dan pada akhirnya pangeran memerintahkan Cinderella
untuk mengenakan sepatu kaca itu.
Pas. Tak kurang tak lebih. Sepatu nya
cocok dikaki Cinderella. Anting-anting yang dikenakan Cinderella pun bercahaya
merespon energi sepatu kacanya, dan PONG!!.. keluarlah sesosok peri yang selama
ini dinantikannya. Satu kali ketukan Cinderella disulap menjadi gadis cantik
lengkap dengan gaun yang ia kenakan di pesta jamuan malam itu.
“Aku sudah menduga bahwa kau lah gadis
yang kucari selama ini.” Ucap pangeran sembari mengulurkan tangannya. “maaf
atas kelalaian ku.” Tambahnya.
Ratu, Raja dan seluruh yang hadir
terperangah, tak percaya akan apa yang telah terjadi. Kejadian itu bagai dialam
mimpi.
“Tangkap para penipu ini!!!” seru
pangeran kepada prajurit kerajaan. Marry, Odet dan Cicilia ditangkap dan
dipenjarakan, mereka tak diperbolehkan menghadiri acara pesta pernikahan
kerajaan.
Namun Cinderella tetaplah Cinderella.
Gadis berhati mulia. Ia memaafkan semua kesalahan kakak dan ibu tirinya selama
ini, dan memohon agar mereka diperbolehkan hadir diacara pesta pernikahannya.
“Mereka adalah keluargaku, dan selayaknya lah diperlakukan seperti sebuah
keluarga.” Ujarnya kepada pangeran Henrique.
Seperti selayaknya cerita dongeng lain.
Disini saya bikin ending yang bahagia. Cinderella hidup bersama pangeran
dirumah Ayah nya. Kini bersama pangeran Henrique yang sekarang telah dilantik
menjadi raja ia memiliki 3 orang anak yang gagah dan cantik. Bersama rakyat
yang sejahtera. Yang mencintai Raja dan Ratu mereka, mereka hidup bahagia.
Happily ever after… :)
Pantun Cinta
Butuh kata tuk ungkapkan
Butuh hati tuk pahami
Lebih nyata dengan tindakan
Dari pada mengumbar janji
Berdayung sampan hai si penghulu
Sampan didayung sampai ke hulu
Jikalau memang tuan tau
Apa beda cinta dan nafsu?
Anak bujang memanen tebu
Habis dipanen tanam yang baru
Jikalau memang bercinta pilu
Mengapa ia masih berlaku?
Buah delima merah warnanya
Saat dimakan rasanya kelat
Cintai Allah dan rasul-Nya
Kan beroleh berkah dunia akhirat
Berteduh dibawah pohon cemara
Diatas pohon tumbuh benalu
Ketika cinta sudah bicara
Dua insan menjadi satu
Berfatwa raja pada panglima
Angkat jangkar kembangkan layar
Jangan risaukan hilang nya cinta
Takkan lari jodoh dikejar
Cintai Ia, maka kau kan dapatkan mereka
Ketika agama berkata
jangan abaikan cinta pencipta,
jangan buang kasih sang
Kuasa, hilang rasa hidup binasa
Dengar kata sang guru,
cintai ilmu, amalkan selalu,
perbaiki tingkah laku,
jauhi hal-hal tabu
Saat langit menangis,
awan merintih dan bumipun terisak,
laut mulai gaduh hingga
gunung- gunung berteriak
Hanya untuk mengadu
pada-Nya
Mengapa keserakahan dan
ketamakan tak pernah sirna?
Saat bumi dan langit menyerahkan
segala cintanya
Memberikan segala hal
yang dimilikinya
Manusia merenggut
dengan rakus dan tanpa rasa dosa
Tak banyak yang ia
tuntut sebenarnya, Ia hanya ingin kan cinta
Banyak kata-kata cinta
yang diumbar untuk yang terkasih
Namun itu hanya
sebentuk cinta fana dan semu
Mengapa tak sang khalik
yang ia jadikan kekasih?
Dimana bumi berlutut
pada-Nya tanpa ragu
*Budak
Melayoe
Tragedi 1M
harap masukkan komentar
sebagai motivasi untuk saya
dan pembelajaran juga buat saya :)
Setengah
jam aku menunggu antrian, tapi nomor antrianku masih berjarak sembilan nomor
lagi. Seseorang dengan setelan jas silver rapi memasuki bank dan langsung
menuju ke sebuah ruangan. Langsung saja kukira ia adalah manager ataupun
staff executive bank ini. Namun lima
belas menit berselang si pria berjas pun keluar, kali ini bersamaan dengan
koper silver yang ditentengnya, senada dengan setelan jas nya. Saking focus nya
aku memperhatikan nya tak kusadari di sampingku telah duduk pria paruh baya
yang ikut mengantri. Ia menyapaku, memecah perhatianku. Kuperhatikan
tampilannya, tak ada yang istimewa. Hanya menggunakan baju kemeja putih kusam bergaris
vertical biru tua.
Pria ini selalu mengoceh. Tentang
pekerjaan nya, anak-anak nya, sesekali menanyakanku juga, mengajakku
bercakap-cakap, selang beberapa menit pria ini hendak ke toilet dan menitipkan
tas kain bercorak merah-biru tua, bentuk tas jinjing yang biasa digunakan
orang-orang mudik. Tibalah giliranku. Aku pun menuju teller. Hanya ada satu
teller disini. Kantor cabang bank yang kecil dengan fasilitas sepuluh bangku
tunggu dan satu mesin ATM, membuat antrian lambat berjalan. Ya, aku tinggal di
perkampungan kecil. Tak banyak masyarakat yang mengenal perbankan. Kecuali para
kariyawan kantor dan mahasiswa sepertiku yang menggunakannya untuk administrasi
akademik. Oke, kembali lagi ke ceritaku tadi. setelah kuselesaikan pembayaran
kulyah untuk semester depan, aku pun duduk kembali dibangku tunggu, tempat yang
sama saat aku mengantri. Bukan lagi hendak mengantri, melainkan menunggu
laki-laki yang menitipkan tas nya tdi kepadaku.
Aku heran dan bertanya-tanya, apa yang ia
lakukan, hingga dua jam lebih aku menunggu ia tak kunjung datang?. Kuurung kan
niatku untuk pulang dan meninggalkan tasnya. “Baik, akan ku tunggu 15 menit
lagi.”, gumamku dalam hati sambil melirik jam di dinding yang terletak di
belakang meja teller itu.
Kini 15 menit itu telah berlalu. Aku
melangkah ke pintu toilet hendak mengecek keberadaan laki-laki tadi, tak ada
siapa-siapa. Kesabaranku sudah habis. Kusambar tas nya lalu melangkah keluar.
Aku hendak melaporkan atau menyerahkan tas ini kekantor polisi sebagai barang
hilang. Kuraih sepedaku yang kuparkir tepat disebelah sepeda motor tua. “tas
besar dan berat ini, apa isinya sebenarnya?”. Saat aku meletakkannya kedalam
keranjang sepeda, ku intip sedikit. Terperanjat setengah mati aku dibuatnya !.
tas ini berisi uang pecahan seratus ribu, banyak, tak tau berapa lembar.
Kuperkirakan isi nya mencapai 1 Miliar. “Apa maksudnya, menitipkan tas yang
begitu berharga ini kepadaku dantanpa kembali?” pikiranku becabang-cabang saat
itu. Jantungku pun mulai gugup. Banyak kemungkinan-kemungkinan yang terlintas
dibenakku. “Tak mungkin ia tak punya maksud tujuan meninggalkan tas ini
kepadaku.” Pikirku lagi. “Semoga tak terjadi apa-apa padaku nantinya.”
Tak ingin berlama-lama aku langsung
mengayuh sepeda tuaku sekencang-kencangnya. Makin kuatlah niatku untuk
melaporkan tas bermasalah ini kekantor polisi. Sesampi nya di sana aku tak ingin berlama-lama, langsung
ku ceritakan detail kejadian hingga selesai. Polisi berkata “Baiklah, serahkan
kasus ini kepada kami.” Aku pun pulang dengan segera, hati lega setelah
melaporkan tas itu.
Sayang
sungguh sayang, apa yang kutakutkan pun terjadi. Sepeda bututku tak mampu
melaju seperti kuda di film-film romawi itu. Aku dihadang oleh mobil ford hitam
buatan Amerika tahun 2010, perkiraanku. Mereka menculikku dan membawaku ke
hutan, tak bisa kuperkirakan tepat nya dimana. Mataku ditutup dengan kain
hitam, dan aku tak ingin melawan sekelompok orang berbadan besar dengan shot
gun di balik jas nya itu. Sengaja ku kibaskan tanganku saat ia hendak
mengikatku tadi semata-mata untuk memastikan ada tidaknya senjata itu.
Sesampainya di hutan mereka berucap-ucap yang kata-katanya tak bisa kupahami.
Logat kental Rusia, pikirku. Dan dengan bahasa yang sama mereka menanyaiku.
kujawab hanya “I don’t know”. Berkali-kali ditanya, kujawab juga dengan kalimat
“I don’t know!” Karna hanya kata itu
yang kutau. Setidak nya yang kutangkap dari film-film Hollywood.
Aku pun dihajar dengan puluhan kali
pukulan, beberapa diantaranya kurasakan hentakan kayu mendarat di beberapa
bagian tubuh, punggung, kaki, lengan dan terakhir perut. Terakhir ku dengar
suara ledakan menggelegar. Lalu tak mampu mendengar apa pun. Suara itu
membuatku tuli. Sakit luar biasa di pundak membuatku terasa hampir mati.
Kesadaran ku pun mulai hilang. Perlahan-lahan gelap gulita.
Saat sadar aku sudah berada di
rumah. Ibu meraung-raung. Menangisi keadaan ku. Dokter berkata “Dia harus
dibawa ke rumah sakit, penyakit nya ini lama-lama bisa membahayakan nya,
khayalan dan imajinasi nya sudah semakin parah. Ia bisa mati karenanya.” Lalu
kudengar ibu menjawab “Tapi ia bertingkah normal selama ini. Dan kulyah nya
lancar-lancar saja. Apa penyakit ini bisa diderita oleh orang yang bertingkah
normal, dok?” “bahkan profesor pintar sekalipun.” Ujar dokter sambil tersenyum.
“Ia bercerita adanya kasus kriminal, dengan uang sejumlah 1 miliar dalam tas yang
ia peroleh dari seorang laki-laki. Tapi tak ada saksi akan hal itu, dan di CCTV
bank tak ada seorangpun yang berdialog dengan nya, ia terlihat bercakap-cakap
sendiri. Dan di kantor polisi tak ada tas yang dimaksud, padahal ia mengatakan
telah meletakkan tas itu di samping meja si polisi, lalu pergi segera tanpa
sempat ditnyai si polisi. Tak ada saksi yang melihat ia pergi dengan mobil
sedan hitam. Ibu, tolong dengarkan saran saya dan segera bawa ia ke rumah sakit
dan coba konsultasikan ini ke dokter jiwa, dokter sofia, kenalan saya. Ia biasa
menangani kasus ini.” Jelas sang dokter panjang lebar kepada si ibu. “Ia bisa
menyiksa dirinya sendiri, bahkan kalau tidak ditangani segera ia bisa mati karena
nya.” Katanya lagi sambil membereskan peralatan medis yang digunakannya untuk
mengobati luka-luka paijo. Sebelum berlalu pergi ia berkata “ini schizophrenia.”
Dokter berlalu, sambil meninggalkan secarik kertas, seperti sebuah kartu nama.
Tertulis disana alamat seseorang yang bernama Sofia Risma. Isak tangis sang ibu
semakin bertambah.
Just Kidding
Pengorbanan
Berminggu-minggu
kutahan selera, berbulan-bulan tak nikmati cemilan. Hanya demi ini, sepatu
keluaran terbaru yang ku idam-idamkan. Sambil mengangkat kantong belanjaan aku
pulang melenggang.
Kebiasaan
Wow!
Mengapa mata Joni terlihat lebam pagi ini? Apa ia terlibat perkelahian? Sambil
melangkah menuju kursi badannya pun terlihat lemas. Usut punya usut, ternyata
ia tak tidur semalaman mengerjakan tugas pak hilmi. Hahaa..! Dasar Joni
pemalas!
Bulir Hitam
Kulihat
ada sisa belahan pepaya di atas meja. Kubersihkan bijinya walau masih ada
beberapa bulir yang tersisa. Saat dimakan sedikit terasa asam. Hoek! Ternyata
itu bulir hitam tuan cicak yang tercecer. (T-T“)>
Kibaran Sang Saka
Pak
Andi hendak memancing. Dengan motor butut ia melaju ke sungai. Ada rekan
sekerjanya yang menyusul. Disangka nak memacu, pak Andi pun menambah kecepatan.
Si rekan pun balas melaju. Begitulah hingga sampai di tujuan. Sambil terkikik
rupanya sang rekan ingin menjelaskan bahwa pada ujung pancingan pak Andi
tersangkut bra sang isteri. Huahahaaa..
Hati-hati
Tika
berjalan sambil bersosmed ria. Ucok mengirim pesan bbm “Hati-hati, Ka!” bingung
dengan maksud si Ucok. Ketika hendak membalas pesan Ucok ZRAASH..!! badan Tika
basah. Tit-tit. Pesan masuk. “Sudah kubilang hati-hati, Ka! Masih saja kau
pandang itu kau punya ha-pe!” dari depan Ucok terlihat menghampiri sambil
tertawa HuaHaaHaa.. “Dasar Ucok bangsaaat! Gara-gara pesanmu ini aku masuk
kali, Bodooo!!” ujar tika di status fesbuk nya.*Eeh -_-“
(ketawa yuk ah).