Archive for April 2013
Stratifikasi Sosial
Edited by: Ridha Aulia
Bab I
A.
Pendahuluan
Berbeda dengan ilmu eksakta, rumusan dalam ilmu sosial bersifat tidak pasti karena titik beratya pada prilaku manusia yang dinamis, selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akan tetapi kajian tentang prilaku manusia tetaplah ilmu sosial.
Manusia, masyarakat dan lingkungan merupakan focus kajian sosiologi. Banyak sekali sub kajian dan istilah dlam sosiologi yang membahas perihal tentang, manusia, masyarakat dan lingkungan, salah satunya adalah stratifikasi sosial. Dalam makalah ini saya akan coba menjelaskan apakah itu stratifikasi sosial beserta pembahasannya.
Bab II
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penullisan ini aldalah agar kitqa dapat :
1. Mengetahui Pengertian Stratifikasi Sosial.
2. Mengetahui jenis-jenis/tipe stratifikasi
sosial di daerah.
3. Mengetahui Perilaku individu/sifat dalam
Stratifikasi Sosial di daerah.
4. Mengetahui Analisisa pola Stratifikasi
Sosial di daerah
BAB III
Analisa dan
Pembahasan
A.
Pengertian stratifikasi sosial
Kata stratifikasi
merupakan terjemahan dari stratification (bahasa inggris) yang bermakna
lapisan. Kata stratification sendiri berasal dari bahasa latin ‘stratum’ atau
strata yang bermakna lapisan. Jadi menurut bahasa Stratifikasi kelas atau
lapisan yang ada dalam masyarakat.
Sedangkan secara
terminologi, Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan. Dan berikut adalah
penjabaran stratifikasi sosial menurut beberapa tokoh.
Pitrim A. Sorokin,
stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas
sedang, dan kelas rendah. Dasarnya adalah adanya ketidakseimbangan pembagian
hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu-individu atau
kelompok-kelompok dalam sistem sosial.
Paul B. Horton dan
Chester L. Hunt, stratifikasi yakni sistem perbedaan status yang berlaku dalam
suatu masyarakat.
Soerjono Soekanto, stratifikasi sosial
merupakan pembedaan posisi seorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang
berbeda-beda secara vertikal.
Dalam buku
Sosiologi karangan Duncan Mitchel, stratifikasi sosial menurut Karl Mark adalah
suatu fenomena yang terjadi sejak dulu kala mengenai pengelompokan berdasarkan
kelas sosialnya.
B.
Jenis-jenis/tipe stratifikasi sosial di daerah
a. Stratifikasi yang Terjadi dengan Sendirinya
Bedasarkan .
1) Age
Statification
Dalam stratifikasi
berdasarkan usia ini, dimana anggota masyarakat yang berusia dini mendapatkan
perbedaan hak dan kewajiban dari masyarakat yang berusia lebih tua.
2) Senioritas
Dalam pembahsan
senioritas ini menyangkut usia dan jenjang lamanya pengalaman dalam masyarakat
sosial tertentu. Dalam dunia kelembagaan misalnya, secara tidak langsung ada
bagian-bagian kepemimpinan lembaga akan diisi oleh orang yang lebih tua atau
berpengalaman luas.
3) Sex
Stratificaton
Perbedaan jenis
kelamin juga sangat mempengaruhi perbedaan status, ini juga sangat dipengaruhi
oleh tradisi dan ajaran harkat dan martabat pria dan wanita.
3) Sistem
Kekerabatan
Pada umumnya dalam
suatu kekerabatan terdapat perbedaan hak dan kewajiaban antara ayah, ibu,
kakak, dan adik misalnya.
b. Stratifikasi
yang Dibentuk untuk Tujuan Bersama
1) Stratifikasi
dalam Pekerjaan
Dalam stratifkikasi
ini sangat tampak pada instansi atau organisasi yang kelola secara modern.
Misalnya saja ada bos dengan bawahan, dosen dengan asisten dosen, dan lain
sebagainya.
2) Stratifikasi
dalam Bidang Ekonomi
Dalam hal ekonomi
inilah stratifikasi sangat menonjol di setiap masyarakat. Sebab kebanyakan dari
masyarakat dimanapun berada menganggap akan terjadinya pembedaan stratifikasi
sosial berdasarkan kekayaan dan material.
3) Stratifikasi
dalam Pendidikan
Bagi orang yang
mampu menyelesaikan pendidikan formalnya hingga tuntas, maka akan mendapat hak
dan kewajiban yang lebih beragam dibandingkan dengan orang yang hanya
menamatkan pendidikannya ditingkat dasar. Dan akan menentukan kelas sosial yang
mereka tempati.
C. Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat
dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial
tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial
campuran.
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification) adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja. Contoh: 1. Sistem kasta ; Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana. 2. Rasialis ; Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih. 3. Feodal ; Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification) adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja. Contoh: 1. Sistem kasta ; Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana. 2. Rasialis ; Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih. 3. Feodal ; Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka
(Opened Social Stratification) bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar.
Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal
maupun horisontal. Contoh: 1. Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya,
atau sebaliknya. 2. Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh
pendidikan asal ada niat dan usaha.
3. Stratifikasi Sosial Campuran
merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, orang
Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia
pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Dan
menurut saya sifat stratifikasi sosial yang sering digunakan di daerah-daerah
adalah stratifikasi sosial campuran. Faktor pendorong adanya sifat strtifikasi
sosial adalah adanya diferensiasi, ras, suku, budaya/adat istiadat serta
keyakinan daerah setempat dan faktor-faktor lain yang mungkin tidak disebutkan
di atas.
Bagi setiap daerah pola stratifikasi
sosial rata-rata sama, walaupun mungkin ada sedikit perubahan sesuai gaya
hidup, sikap dari orang-orang yang berada dalam stratifikasi sosial tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
Stratifikasi
sosial adalah pengkelasan, penggolongan, atau pembagian masyarakat secara
vertikal. Dimana, setiap individu
memiliki beberapa posisi sosial dan masing-masing orang memerankan beberapa
peran. Sehingga hal ini memungkinkan untuk mengklasifikasikan individu-individu
tersebut ke dalam kategori status-peran
stratifikasi sosial
juga merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (secara hierarkis). Yang perwujudannya adalah adanya kelas-kelas
tinggi dan kelas yang lebih rendah.
Karena individu
sebagai aktor utama dalam strtifikasi sosial, maka akan menimbulkan perilaku-perilaku
yang muncul dari individu tersebut sebagai respon adanya stratifikasi sosial
tersebut. Sebab stratifikasi atau pengkelasan baik yang terjadi karena
sendirinya atau terjadi sebab disengaja memiliki ideologi yang sudah melekat
pada diri individu dan akan mempengaruhi perilaku individu tersebut.
BAB V
Daftar
Pustaka
Ahmadi, Abu. 2003.
Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.
Darmansyah. 2008.
Kamus Bahasa Indonesia. Batavia Pers.
Darmansyah, dkk.
1986. Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Lawang, Robert M.
Z. 1994. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mannheim, Karl.
1986. Sosiologi Sistematis. Jakarta: Bina Aksara.
Mitchel, Dutcan
(alih bahasa: Sahat Simamora), 1984.
Sosiologi. Jakarta: Bina Aksara.
Mawardi dan Nur
Hidayati. 2000. IAD, ISD, dan IBD. Bandung: Pustaka Setia.
Soelaeman, M.
Munandar. 2006. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Refika Aditama.
Soekanto, Soerjono.
2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Saptono, dan Bambang Suteng
Sulasmono. 2007. Sosiologi. Jakarta: PT.
Phibeta Aneka Gama.
Setiadi, Elly M dan
Kolip Usman. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta; Kencana.
Suharto. 1986. Stratifikasi Sosial. Yogyakarta; Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga.
Salim, Agus. 2006.
Stratifikasi Etnik. Semarang; FIP UNNES dan Tiara Wacana.
Masalah Unsur-unsur Kebudayaan
Bab I
A. Pendahuluan
Dari sekian banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan, kebudayaan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Sebab
kebudayaan memberikan arah kepada tindakan dan karya manusia. Kebudayaan yang
telah ada akan tetap berjalan meski kadang-kadang wujudnya dapat berubah.
Kebudayaan bukan hanya kesenian dan benda-benda budaya, akan tetapi mencakup
seluruh sendi kehidupan manusia untuk menciptakan sebuah tatanan yang
diharapkan. Unsur-unsur yang mempengaruhi keberadaan budaya akan terus
memberikan arah bagaimana wujud dari kebudayaan itu untuk masa yang akan
datang, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang masalah unsur-unsur kebudayaan tersebut.
Bab II
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar
pembaca sadar akan adanya permasalahan dalam unsur-unsur kebudayaan yang dapat
mengganggu atau mempengaruhi dan bahkan merusak kebudayaan itu sendiri.
Sehingga mampu mengajak para pembaca agar lebih memperhatikan masalah-masalah
dalam unsur kebudayaan yang kemudian bisa bersama-sama kita mencari jalan
keluar dari permasalahan yang ada dalam unsur-unsur kebudayaan tersebut.
BAB III
Analisa dan Pembahasan
A.
Unsur-Unsur Kebudayaan (dan beberapa
masalahnya)
Menurut Kluchklon ada tujuh unsur kebudayaan
universal, yaitu:
Sistem religi dan upacara
keagamaan
Merupakan produk manusia untuk membujuk kekuatan lain yang berada di atasnya, yaitu Yang Maha Besar untuk menuruti kemauan mereka.Ada
kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai
dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul
keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga
mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.
Agama Samawi
Tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama Samawi atau agama Abrahamik Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah tradisi yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya.
Misalnya ritual upacara keagamaan agama hindu yang ada di Bali. Sementara di beberapa daerah telah mengalami perubahan.
Merupakan produk manusia untuk membujuk kekuatan lain yang berada di atasnya, yaitu Yang Maha Besar untuk menuruti kemauan mereka.
Agama Samawi
Tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama Samawi atau agama Abrahamik Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah tradisi yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya.
Misalnya ritual upacara keagamaan agama hindu yang ada di Bali. Sementara di beberapa daerah telah mengalami perubahan.
Sistem organisasi
kemasyarakatan.
Merupakan usaha manusia untuk menutupi kelemahan individu mereka dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat.
Merupakan usaha manusia untuk menutupi kelemahan individu mereka dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat.
Sistem pengetahuan
Merupakan kemampuan manusia untuk mengetahui, mengingat, kemudian dan menyampaikannya pada orang lain. Seperti halnya proses belajar mengajar baik formal maupun non formal (pendidikan oleh orang tua di rumah). Sayangnya ada beberapa orang tua yang lepas tangan dalam mendidik anak dalam rumah tangga, bahkan tidak sedikit anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan budaya bahkan agama di rumah dikarnakan kesibukan orang tua akan karir dan pekerjaannya.
Merupakan kemampuan manusia untuk mengetahui, mengingat, kemudian dan menyampaikannya pada orang lain. Seperti halnya proses belajar mengajar baik formal maupun non formal (pendidikan oleh orang tua di rumah). Sayangnya ada beberapa orang tua yang lepas tangan dalam mendidik anak dalam rumah tangga, bahkan tidak sedikit anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan budaya bahkan agama di rumah dikarnakan kesibukan orang tua akan karir dan pekerjaannya.
Sistem mata pencaharian hidup
Merupakan usaha manusia untuk mencukupi kebutuhannya. Seperti :
Merupakan usaha manusia untuk mencukupi kebutuhannya. Seperti :
* berburu dan meramu
* beternak
* bercocok tanam di ladang
* menangkap ikan
* beternak
* bercocok tanam di ladang
* menangkap ikan
Tetapi semakin hari semakin
berkurangnya lapangan pekerjaan. Sebaliknya, semakin bertambah pula SDM yang
membutuhkan lapangan pekerjaan, sehingga banyaknya pengangguran dapat
meningkatkan kriminalitas dalam masyarakat, hal ini dapat mengancam kebudayaan
dikarnakan tindakan yang tidak terarah seperti definisi kebudayaan yang telah
disebutkan pada bab I di atas.
Sistem teknologi dan
peralatan
Merupakan hasil olah pikir manusia untuk mempermudah dalam mengerjakan atau mengetahui segala sesuatunya. Seperti :
Merupakan hasil olah pikir manusia untuk mempermudah dalam mengerjakan atau mengetahui segala sesuatunya. Seperti :
* alat-alat menyalakan api
* makanan
* pakaian
* tempat berlindung dan perumahan
* alat-alat transportasi
* makanan
* pakaian
* tempat berlindung dan perumahan
* alat-alat transportasi
Pesatnya perkembangan teknologi
juga dapat menjadi masalah terhadap unsur-unsur kebudayaan. Canggihnya
permainan yang biasa disebut games (playstation/PS) mampu mengalahkan minat
anak-anak terhadap permainan tradisional yang lebih sehat.
Bahasa
Bahasa merupakan segala sesuatu usaha manusia untuk dapat berkomunikasi.
Bahasa merupakan segala sesuatu usaha manusia untuk dapat berkomunikasi.
Menurut Lyons bahasa merupakan seperangkat
simbol dan tata aturan untuk menggunakan simbol-simbol dalam
kombinasi-kombinasi yang penuh arti. Jadi bahasa dapat berupa apa saja asalkan
memiliki arti untuk berkomunikasi. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai
alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan
adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan
hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun, westernisasi yang terjadi seperti saat
sekarang ini sangat mempengnaruhi minat remaja dalam mempelajari bahasa dan
gaya hidup. Sehingga tidak sedikit anak-anak yang tidak tau bahasa sukunya
masing-masing. Padahal ragam suku budaya dan bahasa di Indonesia inilah harta
pusaka negeri ini.
Kesenian
Merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan psikisnya, dalam hal ini tentunya mengarah pada sebuah tujuan akhir, yaitu estetika (keindahan). Dengan kesenian manusia dapat mencurahkan segala kemampuannya untuk memenuhi apa yang mereka angap pantas dan indah.
Merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan psikisnya, dalam hal ini tentunya mengarah pada sebuah tujuan akhir, yaitu estetika (keindahan). Dengan kesenian manusia dapat mencurahkan segala kemampuannya untuk memenuhi apa yang mereka angap pantas dan indah.
Bab IV
Kesimpulan
Dari pengaruh-pengaruh di atas, dapat kita simpulkan bahwa unsur-unsur budaya sebagai pembentuk budaya sangat berpengaruh dalam kehidupan sebuah masyarakat, karena unsur-unsur budaya akan tetap dipakai dalam kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya: bahasa, kesenian, dan lain sebagainya.
Meskipun begitu akan terjadi pergeseran-pergeseran dalam kebudayaan. Misalnya pada teknologi dan mata pencaharian, namun konsep dasar dari sebuah budaya akan sulit sekali untuk dihilangkan.
Bab V
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/pengertiankebudayaan
Supartono W. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Bogor : Ghalia Indonesia .
u� �
y �\ �] da. Eksogami dapat dibagi menjadi dua macam, yakni :
a. Eksogami connobium asymetris
terjadi bila dua atau lebih lingkungan bertindak sebagai pemberi atau penerima
gadis seperti pada perkawinan suku batak dan ambon.
b. Eksogami connobium symetris
apabila pada dua atau lebih lingkungan saling tukar-menukar jodoh bagi para
pemuda.
Eksogami melingkupi heterogami dan
homogami. Heterogami adalah perkawinan antar kelas sosial yang berbeda seperti
misalnya anak bangsawan menikah dengan anak petani. Homogami adalah perkawinan
antara kelas golongan sosial yang sama seperti contoh pada anak saudagar /
pedangang yang kawin dengan anak saudagar / pedagang.
C.
Bentuk Perkawinan Menurut Hubungan Kekerabatan Persepupuan
1.
Cross Cousin
Cross
Cousin adalah bentuk perkawinan anak-anak dari kakak beradik yang berbeda jenis
kelamin.
2.
Parallel Cousin
Cross
Cousin adalah bentuk perkawinan anak-anak dari kakak beradik yang sama jenis
kelaminnya.
D.
Bentuk Perkawinan Menurut Pembayaran Mas Kawin / Mahar
Mas
kawin adalah suatu tanda kesungguhan hati sebagai ganti rugi atau uang pembeli
yang diberikan kepada orang tua si pria atau si wanita sebagai ganti rugi atas
jasa membesarkan anaknya.
1. Mahar / Mas Kawin Barang Berharga
2. Mahar / Mas Kawin Uang
3. Mahar / Mas Kawin Hewan / Binatang Ternak, dan lain-lain
C. Faktor Pendorong Perbedaan Bentuk-bentuk Perkawinan di
Indonesia.
Ada
beberapa yang mennyebabkan terjadinya perbedaan bentuk-bentuk perkawinan di
Indonesia. Diantaranya adalah :
1. Urbanisasi
Urbanisasi adalah
perpindahan penduduk dari desa ke kota.
2. Faktor Ekonomi
3. Faktor Adat-Istiadat
4. Faktor Kesehatan
Dari
jenis-jenis perkawinan di atas, bentuk perkawinan yang paling ideal adalah
perkawinan jenis monogami (jumlah satu isteri/suami) karena sangat sulit dalam
memberikan keadilan meskipun sang suami/isteri yang melakukan perkawinan lebih
dari satu memiliki materi (harta) yang lebih/banyak (kaya).
BAB IV
KESIMPULAN
Dari seluruh uraian mengenai relasi individu dengan keluarga
dapat ditarik kesimpulan sementara, bahwa individu mempunyai makna langsung apabila
konteks situasional adalah keluarga atau lembaga sosial, sedangkan individu
dalam konteks lingkungan sosial yang lebih besar, seperti masyarakat nasion,
posisi dan peranannya semakin abstrak.
Individu adalah
satu kesatuan tidak terbatas yaitu sebagai manusia perorangan. Faktor yang
berpengaruh terhadap keluarga :
· Status sosial ekonomi keluarga
· Faktor keutuhan keluarga
· Sikap dan kebiasaan orang tua
BAB V
Daftar
Pustaka
Mawardi, nur
hidayat. 2000. “IAD- ISD-IBD”. Bandung: CV Pustaka Setia.
Widjaja A.W
. 1997. Manusia Indonesia : Individu keluarga dan Masyarakat. Jakarta
.Erlangga.
Prof Dr P J
Bouman . Sosiologi Suatu Pengantar , Pustaka Sardjana, Jakarta.